Monday, February 4, 2013

Kisah Liar Tentang Surga (Resensi Buku Pathetic Eden)



Novel setebal 478 halaman ini, terdiri dari 66 fragmen yang tidak diberi judul oleh penulisnya. Novel yang berhasil menembus 20 besar sayembara DKJ 2012. Novel yang dikemas dalam metafor pendek yang liar, emosi yang kental. Hermawan Aksan sebagai endorser, menyebutnya kegilaan yang getir dan ide yang cekam. 

Novel ini bercerita tentang tokoh “kamu” (anak kecil) dan “mama” dalam keluarga broken home, mengidap skizoprenia dan psikopat. Mereka sama-sama ingin menemukan surga, ingin terbebas dari segala macam rasa sakit yang tak pernah hentinya dihadirkan oleh kehidupan dunia. 

Tokoh “kamu” dan “mama” menjalin hubungan absurd dan gila. Keduanya saling mencintai, sekaligus ingin saling membunuh. Siang dan malam yang mereka lewati, selalu menyisipkan kerling belati yang saling mengancam. Hanya waktu saja menjadi penentu nasib salah satunya, siapa yang bertahan hidup dan siapa yang mati dan terbang ke surga. 

Mimpi tentang surga adalah mimpi yang hadir dalam kepala setiap anak manusia. Jalan paling menyakitkan sekali pun akan ditempuh untuk bisa menggapainya, termasu jalan kematian bahkan yang paling sia-sia sekalipun. Seperti yang dilakukan dua kubu dalam novel ini, kubu jemaat ahli surga dan front pembela tuhan. Keduanya sama-sama para pemimpi yang mengharapkan surga, sekaligus sama-sama tersesat karena menjadikan kematian dan kesakitan sebagai jalan untuk mencarinya, jalan yang sia-sia. 

Tuhan, agama, moral, dan aneka tatanan nilai yang hadir dalam kehidupan manusia, menjadi absurd dan tak bermakna. Manusia tidak bisa lagi dimengerti dengan paradigma besar di atas. Manusia pada zaman ini telah kehilangan segala-galanya, kecuali rasa sakit dan penderitaan tanpa ujung. 

Pathetic Eden, novel dengan tokoh skizoprenia dan psikopat, berhasil mengemas segala bentuk kesakitan hidup anak manusia menjadi metafor pendek yang magis, mengguncang dan penuh angkara. Novel segar yang terbebas dari unsur picisan, penuh sarkasme, sinisme dan kekejaman. 

Siapa saja yang memutuskan untuk membaca novel ini, harus bersedia untuk merasakan sesak yang bercabang-cabang. Telak, menghantam jantung nilai-nilai. 


Absurditas Malka, Penikmat sastra. 
Resensi juga bisa dibaca di koran TRIBUN JABAR edisi  6 Februari 2013


No comments:

Post a Comment